Senin, 30 Juni 2008

Lebih kreatif atau lebih efisien?

Sejak kecil saya senang membaca biografi orang besar termasuk para penemu. Bahkan kuliahpun saya pilih jurusan ilmu dasar karena dorongan ini. Beberapa ide2 penemuan pernah saya rekam dan berharap nanti akan mendapatkan hak paten..:) seperti jaket sepatu anti hujan atau jaket AC yang ternyata belakangan orang lain sudah menjualnya.

Hal ini terus berlanjut hingga pada suatu titik dimana saya "menemukan" bahwa diri ini ternyata tidak cocok di sisi kreatif tapi lebih cocok disisi "mengkompilasi" = menggabung-gabungkan sesuatu hingga menjadi sesuatu yang baru. Alih-alih lebih kreatif seperti harapan sebelumnya, saya lebih cocok di sisi efektif/efisien.

Hal ini pulalah yang menyebabkan bisnis yang saya buat akhirnya harus ditutup karena sisi kreatif ini. Lebih mudah membuat bisnis namun lebih sulit mempertahankan atau bahkan membuatnya lebih maju.

Saat membuat bisnis baru dan memulainya, barulah dalam taraf bisnis opportunity dengan harapan akan sukses jika kondisi2 tertentu tercapai. Karena baru harapan, pada prakteknya sulit sekali tercapai.

Tanpa bermaksud berpolemik, mempertahan bisnis dan membuatnya lebih maju,memerlukan sisi efektifitas/efisiensi. Memang kelihatan membosankan karena melakukan hal yang relatif sama terus menerus, tapi itulah yang dilakukan para bankir dan investor.
Teknik ATM atau bahkan ATP dilakukan untuk mengisi sisi kreatif ini.

Untung haruslah di depan, bisnis yang baru dibuat akan benar2 menghasilkan jika kondisi2 tertentu tercapai (harapan).

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( Alhamdulillah seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008 terlaksana dengan sukses)

Kamis, 26 Juni 2008

Jagalah feeling anda meskipun "salah"

Apakah anda berkali-kali gagal dalam berusaha?
Sudah mencoba usaha ini-itu, namun masih gagal juga?
Dan, apa yang anda lakukan? anda salahkan penilaian anda, keputusan anda..dan feeling anda.
Tapi..

Anda tidak sendiri, saya juga mengalaminya..
Bahkan sampai sekarang.

Memulai bisnis adalah perlu action, tindakan segera, setelah melakukan serangkaian penelitian dan analysis mendalam, sebelum memutuskan untuk bergerak, anda menimbang-nimbang lagi, apakah feeling anda cocok dengan bisnis ini.

Hampir 90% feeling saya salah, berakibat keputusan yang salah dan akhirnya bisnis harus ditutup. Hal ini membuat ketidakpuasan dan kepercayaan diri menurun karena keputusan yang 90% salah karena mengikuti feeling tadi.

Hingga akhirnya, saya diingatkan untuk tetap menjaga feeling tadi, meskipun itu salah!..Nah Loh.
Rupanya perlu mentor yang bisa melihat permasalahan dengan jernih. Nasehatnya sederhana: jika statistik kesalahannya meyakinkan (hampir 90%), justru bagus, Ambil TINDAKAN KEBALIKANNYA!

Terbukti kemudian beberapa keputusan relatif berhasil dengan melakukan tindakan "Kebalikannya" ini.

Apapun feeling anda, patut disyukuri. Jika feeling anda selalu tepat, teruskan. Jika "selalu" salah, ambil tindakan kebalikannya.

Life is beautiful.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( Alhamdulillah seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008 SOLD OUT!)

Investasi di pembelajaran mahal? lebih mahal lagi kalau..

....................Anda berbisnis dengan melakukan "try & error".

Disebabkan eforia untuk segera berbisnis dan jargon2 terkenal seperti "just do it" dsb,dsb..banyak pemula yang memulai bisnis dengan tergesa-gesa, takut ketinggalan kereta, takut kehilangan momentum.

Demikian juga yang saya alami (lihat posting sebelumnya: http://0hasanbasri.blogspot.com/2008/05/persistensi.html), eforia ini membuat saya banyak menutup bisnis karena melakukan "try & error", tanpa analysis dan pola pikir ala bankir.

Selama ini bisnis2 yang saya buka adalah bisnis opportunity, untung di atas kertas, akan untung jika kondisi2 tertentu terpenuhi kata Pak Budi Rahmat. Selama ini saya malas untuk belajar dulu dan bergaul (networking/bersilaturahim).

Demikian juga saat tersedia begitu banyak pelatihan2 yang sangat berguna dalam menjalankan bisnis, cenderung saya abaikan karena pertimbangan untuk berhemat. Kerugian yang lebih besar berlipat-lipat harus saya bayar karena mengabaikannya. Maunya terjun langsung sambil belajar..:)

Berinvestasi di pikiran dan bergaul ( belajar dari yang telah terbukti sukses) adalah poin2 penting pola pikir bankir:

1. Untung di awal. Tidak ada yang salah untuk bersegera berbisnis. Namun statistik menunjukkan pebisnis opportunity banyak yang gagal. Dengan belajar dan bergaul, kita akan mempunyai feeling dan penilaian obyektif bisnis mana yang bisa memberi cashflow positif, bukannya "cash out..cash out" terus.

2. Semakin lama semakin mendekati keberhasilan. Dengan berpola pikir ini, kita akan bisa memilah bisnis mana yang mempunyai statistik keberhasilan yang lebih besar dibandingkan lainnya. Dengan belajar pola pikir pebisnis yang telah terbukti sukses akan membantu kita mempercepat akselerasi dan keberhasilan.

3. Bertambahnya jaringan. Dengan mengikuti pelatihan dari pebisnis sukses, otomatis kita masuk dalam jaringan bisnis mereka. Lebih dekat untuk mendapatkan ilmu dan peluang baru. Tentu mereka akan mereferensikan/membocorkan info/peluang terbaru kepada muridnya. Ada ikatan moral agar muridnya bisa berhasil. Ini yang tidak saya hitung saat berhemat dulu.

4. Waktu yang lebih pendek. Jika langsung berbisnis kelihatannya kita "start" duluan. Namun secara keseluruhan percepatannya akan kalah oleh mereka yang berani invest di pendidikan dan networking.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( Alhamdulillah seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008 SOLD OUT!)

Minggu, 22 Juni 2008

Pengusaha harus Borju?

Saat awal mengikuti sesi pelatihan entrepreneurship, banyak masukan untuk mengubah paradigma yang salah satunya adalah: Pengusaha harus borju, memakai mobil mewah dan royal...kalau perlu berhutang! agar termotivasi untuk berusaha lebih keras lagi.

Namun teman2 yang sudah sukses seperti Pak Joseph, Pak Budi Rahmat atau Pak Roni adalah orang yang hemat dan sederhana. Bahkan Pak Joseph pernah ke Bank untuk akad kredit diatas 2M memakai motor untuk mengejar waktu sesuai janji.

Tidak ada yang salah dengan statement diatas, masalahnya, seharusnya andalah (business owner) yang mengatakannya kepada klien anda. Seorang bankir kepada nasabahnya, seorang penjual kepada pembelinya.

Statement diatas menuju pola hidup konsumtif yang melanggar prinsip2 berusaha:

1. Untung di awal. Dengan berprilaku konsumtif, anda sudah kalah satu langkah. Bukannya untung, anda malah sibuk dengan cicilan utang konsumtif.

2. Pola hidup hemat = menunda kesenangan untuk menaikkan taraf hidup nantinya.

3. Pola pikir bankir. Arus informasi umum yang didukung oleh promosi/iklan yang dahsyat adalah produk jualan para bankir. Semakin konsumtif pelanggan, semakin laku produk2nya.

Pilihan menjadi subyek atau obyek usaha ada di tangan anda.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Jumat, 20 Juni 2008

Jadi pedagang atau produsen?

Jika pertanyaan ini ditanyakan kepada sebagian pemula, mereka kebanyakan memilih menjadi produsen (pemilik produk). Alasan terbesar adalah lebih mudah memulai bisnis dari hobi atau "passion". Tidak ada yang salah dalam hal ini. Namun statistik berbicara lain, hampir 80% pebisnis start-up tutup pada 5-6 bulan pertama. Hobi dan cashflow adalah dua hal yang berbeda. Apapapun bisnisnya (produsen atau pedagang) jika cashflownya negatif,hanya tinggal menunggu waktu untuk tutup.

Ada kutipan ungkapan yang cukup mengena dalam hal ini:
"Jangan menjual apa yang bisa kamu buat TAPI buatlah barang yang bisa kamu jual".
Yang berarti menjadi Pedagang.

Bagi pemula, lebih aman memulai bisnis dengan menjadi pedagang karena faktor-faktor berikut:

1. Secara cashflow sangat aman, modal relatif kecil bahkan bisa nol jika menjadi pedagang perantara. Keuntungan menjadi tidak terhingga.

2. Menjadi pedagang adalah langsung ke pokok bisnisnya dan berhadapan langsung dengan calon pembeli. Sebagus apapun barang anda jika tidak bisa dijual akan menjadi liabilitas.

3. Pilihan produk menjadi tidak terbatas. Anda bisa menjual produk apapun dan diatur segementasi pasarnya.

4. Strategi keluarnya terjamin jika terjadi kerugian. Dengan menjadi pedagang kerugian hanya di tenaga/waktu, di beberapa supplier, barang bisa dikembalikan jika tidak laku. Jika anda produksi sendiri dan terjadi kerugian, proses untuk menjual aset tidaklah mudah dan malah dihargai sangat rendah.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Kamis, 19 Juni 2008

Jangan mulai berbisnis sebelum melakukan ini..

Memulai dan merintis bisnis relatif lebih mudah daripada mempertahankan atau bahkan membuatnya sukses.

Memaintain bisnis adalah masalah Cashflow, apapun bentuk bisnisnya. Sehingga tidak salah dalam pandangan umum, orang keuangan lebih berkuasa daripada orang teknik.
Seringkali karena dorongan emosi dan perasaan memiliki yang berlebihan, meskipun bisnisnya rugi tetap saja dipertahankan. Hal ini melahirkan skema gali lobang tutup lobang. Masalahnya lobangnya semakin besar saja..:)

Strategi jika bisnisnya sukses tidak perlu dibahas lagi, ini adalah "happy problem". Kebalikannya, yang justru sering dilupakan sebagian orang, adalah strategi untuk keluar jika bisnisnya rugi.

Hal ini harus diplaningkan sejak awal untuk mempertahankan cashflow, untuk melanjutkan bisnis, untuk melanjutkan hidup. Untung-rugi adalah biasa, yang penting akumulasi cashflow harus positif.

Beberapa strategi keluar yang bisa dilakukan adalah:

1. Subsidi silang. Dilakukan jika sudah memiliki bisnis yang sudah berjalan. Bisnis yang baru disubsidi dari bisnis lama hingga tercapai BEP bahkan surplus.

2. Asuransi. Jika terjadi kerugian terhadap hal yang tidak diinginkan. Hal ini lumrah diaplikasikan di property atau untuk pertanggungan jiwa.

3. "Cut loss". Daripada terus memberikan cashflow negatif dan tidak ada harapan untuk tumbuh-berkembang, lakukanlah "cut loss", terima saja kerugian yang timbul dan selesai. Lanjutkan bisnis, teruskan hidup anda.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Rabu, 18 Juni 2008

Daripada "head-to-head", cobalah pasar Tersier

Jika modal pas-pasan dan belum banyak berpengalaman dalam berbisnis, amatlah riskan jika harus melakukan pembukaan bisnis yang "head-to-head" (berhadapan langsung) dengan pemain besar/lama yang sudah eksis. Hal ini mirip dengan kondisi suatu deretan pedagang, dimana semua toko ramai hanya di toko kita tidak...

Kenapa tidak coba memilih pasar sekunder atau malah tersier? meskipun pangsanya relatif kecil, namun persaingannya juga relatif kecil. Dari sisi cashflow, meskipun tidak terlalu menghasilkan margin besar, namun aman dan sangat cocok untuk pemula.

Coba perhatikan tukang bubur kacang ijo dan toko kelontong Madura. Mereka bisa survive meskipun ada Indomaret.

Pasar Tersier ini terjadi karena "positioning" sbb:

1. Ambil waktu yang berbeda, Tukang bubur dan Toko Kelontong, prime time justru setelah jam 21.00 dimana bagi tukang bubur adalah jadwal lapar pelanggan setelah sorenya makan malam. Bagi Toko Kelontong adalah karena Indomaret sudah tutup dan ada pembeli yang punya kebutuhan mendadak di malam hari.

2. Harga relatif premium. Karena sedikitnya pesaing harga jual relatif lebih mahal sedikit daripada yang dijual toko kebanyakan atau bahkan harga di Indomaret.

3. Barang yang dijual adalah untuk kebutuhan sehari-hari seperti toko kelontong atau makanan ringan seperti bubur tadi. Namun ada fenomena menarik. Bengkelpun mulai buka hingga pagi. Mereka melayani karyawan yang ada masalah di kendaraannya. Mereka setor motor malam dan paginya jalan lagi.

4. Pasar yang terjadi karena keadaan. Seperti di Stasiun, terminal, halte. disebabkan mepetnya waktu sementara ada kebutuhan mendesak, maka orang cenderung membeli ditempat terdekat meskipun mahal. Pasar ini kebanyak diisi oleh pedagang K-5.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Selasa, 10 Juni 2008

Do it with your own way

Sejak SMP saya menyukai membaca biografi orang2 besar. Meskipun banyak memberi motivasi, seringkali hal ini menimbulkan eforia sesaat.
Dalam berbisnis-pun, saya gampang terkesima oleh kisah sukses pengusaha. Karenanya bisnis saya mula2 juga karena ikut2-an sekedar meniru.
Yang pada akhirnya.... tutup.
Usaha terakhir yang saya tutup adalah franchise pendidikan di Jaksel.

Setelah saya renungkan, ternyata selain tidak punya kontrol sepenuhnya terhadap bisnis tersebut, ternyata inisiatif dan bagaimana menjalankannya tidak datang dari diri sendiri.
Saya hanya melihat permukaannya saja dari contoh pebisnis sukses tersebut. Karakteristik dan cara menjalankannya belum tentu cocok dengan gaya saya.

Sejak saat itu meski berbisnis dalam skala kecil, kontrol dan inisiatif harus saya sendiri yang menentukan. Dengan posisi dan kondisi yang ada, saya tentukan sendiri bagaimana menjalankan bisnis tersebut.

Profil saya cenderung Creator, senang membuat sesuatu namun kurang menyukai proses untuk memaintainnya. Karenanya saya selalu bekerja sama dengan yang lebih ahli atau terbaik di bidangnya. Umumnya karena keterbatasan waktu saya pilih yang bisa diremote seperti webstore atau melalui pendelegasian seperti usaha bagi hasil tiket.

Bisnis boleh apa saja, tapi andalah business ownernya.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Sabtu, 07 Juni 2008

Justru saat pasar menurun, tingkatkan promosi/iklan

Umumnya kita melakukan promosi pada saat pasar sedang berkembang atau sedang laris. Kue pangsa pasar yang sedang laris/berkembang dapat kita ambil sebagian dengan melakukan promosi ini. Kebalikannya, Pada saat sedang sepi dan pasar menurun, kita ketatkan ikat pinggang dengan memangkas pengeluaran2 termasuk untuk iklan/promosi.

Ternyata pembeli atau masyarakat kita termasuk pelupa. Dengan cepat mereka akan beralih ke produk2 baru apalagi jika harganya dirasakan lebih murah.
Dengan melakukan iklan/promos,i kita mengingatkan mereka untuk tetap berhubungan dan membeli ke toko kita.

Ada beberapa hal lagi yang memperkuat betapa pentingnya melakukan iklan justru di masa sulit:

1. Iklan adalah LOA juga. Ini seperti memesan tempat di benak calon pelanggan anda. Jika anda rutin untuk melakukan promosi, tentu akan ada calon pembeli yang jika "frekwensi"nya( kebutuhannya) pas, akan membeli ke kita.

2. Meningkatkan kompetisi. Sebagaimana diketahui, pesaing2 biasanya menurunkan anggaran iklan pada saat pasar menurun. Dengan tetap beriklan, posisi anda relatif di depan atau menjadi market leader. Bahkan meskipun dalam skala kecil, perbedaan sedikit dari yang anda lakukan dibandingkan pesaing akan memberikan perbedaan besar.

3. Menjaring pembeli baru. Selalu ada pembaca iklan dan calon pembeli baru yang muncul. Dengan tetap beriklan, anda bisa menggiringnya ketempat anda lebih dulu.

4. Menjaga kontinyuitas Cashflow keuangan. Dengan tetap beriklan di masa sulit. Pelanggan anda mungkin belum melakukan transaksi karena kesulitan keuangan. Namun mereka akan terus mengingat anda karena iklan/promosi ini. Jika kondisinya membaik maka toko andalah yang akan dituju.

5. Menjaga kontinyuitas Cashflow mental anda. Ini hal terpenting dalam berbisnis. Dengan tetap beiklan, anda selalu melatih mental anda untuk terus melakukan aktifitas bisnis secara kontinyu. Bisnis akan berkembang jika anda terus bergerak.

Pengalaman saya mengageni workshop E.D.A.N. sejak 2007 dan membuka grosirtanahabang.com sejak 2006, memberikan peluang-peluang baru yang muncul dikarenakan tetap melakukan iklan di masa sulit. Banyak pelanggan baru datang bukan karena membaca iklan secara langsung, mereka mereferensikan ke teman atau koleganya yang dirasa lebih perlu.

Jadi, jaga Cashflow anda dengan tetap beriklan di masa sulit.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Jumat, 06 Juni 2008

Dihadapkan pada dua pilihan: Bisnis yang se-Hobi atau ikut Trend

Saat membuka bisnis baru dan juga saat menutupnya karena rugi, seringkali saya dihadapkan pada pilihan bagaimana memilih bidang bisnis yang akan dijalankan. Banyak yang menyarankan untuk mengikuti hobi, sementara saya melihat trend yang sedang naik daun, namun sayangnya saya tidak mempunyai kemampuan dalam bidang tersebut.

Meskipun sesuai bidang yang saya minati, ternyata beberapa bisnis yang saya buka, akhirnya tutup juga seperti: (Bidang Pendidikan/services) Biro terjemahan, pengolahan statistik dan ( Makanan) Cafe dgn menu special Internet = Indomie-Telor-Kornet.
Berlatar belakang project management, akhirnya saya menemukan jalan tengah bagaimana memilih bidang usaha.

Untuk bisnis jangka panjang, saya setuju untuk memilih yang sesuai hobi. Naik-turun bisnis itu, harus tetap dijalankan karena sudah "Calling"nya. Nah untuk bidang usaha yang sedang trend, saya melakukan pendekatan seperti sedang menjalankan "Project". Ditetapkan targetnya dan dalam waktu yang pendek/terbatas untuk setiap project ( bisnis) yang dipilih. Dan, pilih partner terbaik untuk menjalankannya, anda cukup jadi bendahara. Tentu hobi tidak perlu dibangkitkan kalau sekedar menerima uang setoran di tabungan kita..:)

Di Bidang Garmen, bisa melalui pameran/bazar2. Barangnya bisa konsinyasi. Jadi tidak perlu punya toko dan tidak perlu stok. Di bidang jasa apalagi, acara seminar/worshop adalah bisnis jangka pendek yang bisa jadi project dan anda tidak perlu hobi khusus untuk itu. Cukup jadi penerima uang pendaftaran, teknisnya diserahkan kepada orang yang lebih profesional. Usaha terakhir yang baru saya buka : http://tiketbox.blogspot.com adalah salah satu bentuk project ini.

Jadi Bisnis yang Hobi Ok, dan yang sedang Trend AYO juga...:)

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Rabu, 04 Juni 2008

Temukan faktanya,jangan berasumsi

Q1: Saya ragu untuk menghubungi calon client potensial. Saya baru menemukan pengajarnya setelah dua hari dari telpon terakhir.
Gimana baiknya ya..?

Q2: Saya sebenarnya sudah menyiapkan domain, hosting bahkan program webstore sudah jadi. Saya ragu untuk memulai,belum sempurna dan
apakah nanti tidak dicemooh pengunjung web tersebut. Jadi bagaimana ya?

Ini adalah sharing dari beberapa rekan yang memulai usaha atau mulai berkembang usahanya. Keduanya mempunyai benang merah yang mirip-mirip, yaitu:Keraguan. Dan ternyata itu adalah hasil hasil dari "asumsi" sendiri. Untuk Q1, bagaimana kalau si Ibu itu, marah kok baru dihubungi setelah dua hari, Bagaimana kalau dia kecewa dan bagaimana-bagaimana lainnya. Untuk Q2, bagaimana kalau pengunjung kecewa, Bagaimana kalau mereka komplain terhadap tampilan web dsb,dsb..

Temukanlah Fakta sebenarnya, jangan berasumsi sendiri. Hampir 90% asumsi ini tidak benar. Faktanya justru banyak yang mendukung usaha kita.
Apalagi jika anda terbuka dan jujur meminta pertolongan, maka bantuan akan mengalir.

Entah benar atau tidak, dalam hal perijinan, kita bisa belajar dari warung padang. Buka dulu,mulai dulu, ijin akan otomatis datang sendiri. Maksudnya petugasnya..
Ya, saat itulah ijinnya diurus.

Secara ekstrem untuk kasus Q1, saya malah menyarankan untuk meng"IYA"kan setiap permintaan klien. Hal ini memacu kita untuk mati-matian mencari
resourcenya, ada LOA di dalamnya. Jika mentok, masih tetap bisa tanya ke milis.

Stop berasumsi, lakukan test & measure = temukan faktanya.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Rencana tinggal wacana jika...Tidak Dilaksanakan

Jika tujuan telah ditetapkan, analisa telah dilakukan dan bahkan benchmarking telah dicoba, namun jika tidak dimulai dan dilaksanakan, itu hanyalah sekedar wacana...

Untuk hal-hal yang akan terjadi di luar sana, ternyata menimbulkan sedikit kegelisahan dan ketakutan dalam diri untuk segera memulai usaha. Bagaimana kalau begini, bagaimana kalau gagal, bagaimana kalau rugi dsb...dsb..

Kenapa tidak mencoba prinsip 50:50. Jika anda coba maka kemungkinan berhasil dan gagal adalah 50%:50%. Jika tidak dicoba maka sudah pasti 100%....Gagal. Dengan semakin seringnya mencoba prosentase 50% berhasil tentu akan bertambah.

Just Do It! semboyan-nya sepatu merek Nike ini pas sekali. Kenapa tidak dicoba dulu, daripada berkutat dalam kegelisahan dan ketakutan sendiri terhadap apa yang terjadi saat buka nanti.

Ternyata jika sudah dimulai dan dibuka tokonya, tidak ada apa2 tuh...tidak ada yang terjadi seperti gambaran ketakutan-ketakutan kita.

Saya senang melatih diri untuk selalu memposisikan diri dalam situasi ketidakpastian dengan mencoba hal2 yang baru. Awalnya sangat tidak nyaman, tidak Pede, namun ternyata ini memacu andrenalin, dan lama2 enak juga.

Jadi...kalau menarik, kenapa tidak dicoba dulu...

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Selasa, 03 Juni 2008

Bekerjasamalah dengan bos/supplier yang paling sulit

Tidak selamanya kemapuan IQ bisa membantu kita lebih sukses. Dalam taraf belajar dan berkembang, tuntutan mental justru lebih berperan.
Persistensi adalah jawabannya.

Umumnya bos/supplier terbaik biasanya adalah orang yang sulit. Keras kepala dan mempunyai tuntutan tinggi terhadap downline-nya.
Ini peluang atau hambatan?

Dalam kerangka IQ,hal ini pasti tidak masuk. Dalam kalkulasi logis kita mending kita cari orang lain yang lebih enak.
Namun coba lihat sisi lainnya:

Jika mau belajar cobalah belajar dari yang terbaik. Orang terbaik biasanya adalah orang yang sulit. Jika anda bisa meredam ego anda dan
dapat bekerja sama dan belajar darinya maka anda bisa berkesempatan menjadi yang terbaik pula.
Dan saya bocorkan sedikit rahasia: Ternyata bagi si Bos, juga kesulitan mencari bawahan/downline yang mau menerima gayanya.
Artinya kompetisi untuk menjadi yang terbaik lebih sedikit..nah lho...

Jadi kejarlah orang yang sulit...

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Teman se kantor adalah sahabat dan...super sales (aset) anda

Saya tidak sedang memperdebatkan status TDB atau Ampibi..:)
juga tidak menyinggung ranah profesionalitas pegawai, mohon dimaafkan ya...

Memulai bisnis bisa darimana saja dan dalam status apa saja.
Barangkali masih ingat semboyan: Think Big, Start Small dan yang penting Act Now..

Jika anda masih jadi karyawan, justru itu adalah "aset" anda
Ibaratnya anda memancing di kolam ikan, menembak di kebun binatang.

Sejak krismon dan sekarang kenaikan harga BBM, banyak karyawan yang nyambi usaha untuk menambah pendapatan.
Kenapa anda tidak membantunya?
Coba perhatikan koperasi ditempat anda, umumnya perputarannya cukup cepat terutama di makanan kecil.
Coba masukkan barang-barang yang belum tersedia atau lebih bagus. Lupakan dulu gengsi untuk menenteng-nenteng barang ke kantor.

Apalagi jika anda sekarang sudah punya toko. Teman sekantor bisa menjadi "sales" anda.
Mereka pasti lebih memilih belanja di tempat anda karena lebih dekat dan sudah kenal.
Produk-produk GTA saya sangat mudah diterima dan dijual oleh mereka.
Keterbatasan waktu dan update informasi terkadang menjadi kendala mereka dalam memulai berbisnis.
Untuk itulah anda bisa membantunya.

Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika tidak berkenan.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Berpikirlah seperti Bandar..

Maksud saya bukan Bandar yang itu ya.Ini hanyalah permainan statistik saja.
Coba anda main ke Tanah Abang, disana ada toko spesialis kaos dengan merek sendiri yang sehari bisa mngirimkan 200 lusin atau bahkan jaringan toko-nya Pak Haji yang sudah menggurita. Namun ternyata lebih banyak lagi toko2 yang biasa-biasa saja bahkan merugi.
Dengan sedemikian banyaknya toko-toko baik yang laris ataupun yang merugi, siapa yang paling kaya?
Bukan pelakunya malah..
Ternyata adalah Bandarnya, dalam hal ini developernya. Mau jualan rugi atau untung dari kios2 yang ada, developer selalu untung karena tempatnya sudah dibeli atau disewa.

Cerita yang sama adalah pembukaan tambang tradisional baru oleh pekerja di amerika.
Ternyata yang menjadi kaya, bukanlah yang menemukan emas atau logam mulia lainnya, tapi..
adalah supplier peralatan pertambangan: sekop,sepatu, celana levis, ember dsb..

Artikel saya yang membahas "bermain di level grosir" adalah dalam kerangka menjadi bandar ini.
Pedagang eceran untung atau rugi, mereka selalu membeli ke pedagang grosir.

Jika anda pernah ke atrium senen, dibelakang mall ada deretan ruko2. Tepat di pojokan ada deretan pedagang kaki 5.
Ternyata pemilik tempat bertindak sebagai bandar. Dia menyewakan lapak2 kecil kepada pedagang kaki 5 dengan sistem bagi hasil, 20% dari omset.

Jadi cobalah menjadi "Bandar".

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

Senin, 02 Juni 2008

Berbisnis dengan modal NOL..ternyata bisa

Ternyata bisa juga berbisnis dengan modal NOL..
Dulu kita mengenalnya sebagai makelar (perantara), namun dalam perkembangannya justru mediator ini posisi tawarnya justru melebihi pemilik barang dan pemilik modal.
Contoh yang besar ya seperti Hypermarket, di luar bahasan gedung, pembelian dilakukan secara tempo sementara penjualan dengan tunai. Dari sisi cahsflow dan margin tentu jadi berlipat-lipat.
Ups..tapi itu terlalu tinggi...
Dalam level pedagang pasar, kita mengenal makelar jual beli motor/mobil dsb..
Namun yang mereka lakukan cenderung pasif, dengan menunggu datangnya pembeli dan sangat tergantung pada pemilik barang.

Dengan adanya perubahan perilaku pelanggan dan semakin efisiennya pasar, posisi "makelar" yang mengetahui kebutuhan/perilaku penjual dan pembeli menjadi daya tawar tersendiri.

Jika anda mulai berbisnis sementara modal masih minim, boleh dicoba tips-tips berbisnis dengan modal NOL ini:

1. Pilih partner/supplier yang sudah mapan. Produknya sudah harus dikenal publik sehingga tidak perlu lagi melakukan edukasi. Tentu dengan stok yang selalu tersedia.
Lho, kalau produknya sudah dikenal dimana-mana tentu setiap orang gampang menjualnya? betul memang. Tapi selalu ada pembeli untuk setiap penjual baru. Teman anda mungkin akan lebih memilih untuk membeli ke anda jika produknya sama dgn yang biasa dia beli. Masih banyak lagi jalur distribusi....

2. Jangan menimbun barang (stok). Umumnya pemula bisnis adalah menimbun barang agar tampak benar2 berbisnis. Cukup memakai katalog atau melalui webstore online anda bisa langsung jualan. Dengan demikian resiko lebih kecil dan anda bisa fokus ke transaksinya tanpa harus memikirkan gudang atau persediaan.

3. Turunkan sedikit standard anda dan ikuti trend pasar. Memang bagus jika punya produk sendiri. Namun diperlukan waktu yang lama untuk diterima pasar. Ya, lebih baik ikut pasar dan sediakan apa yang menjadi trend saat ini. Sebisa mungkin pilih produk yang tidak mengenal musim agar perputaran cashflow terjaga.

4. Jangan malu untuk minta tolong. Ask to the audience. Minta tolong ke kerabat, teman bahkan teman-teman anda,bahkan anda sekarang bisa minta tolong ke milis. Tanyalah segala hal yang menjadi kendala anda. Anda bisa minta dilink-kan situs anda secara gratis.

5. Terakhir dan terpenting. Jangan memberi utang. Didiklah agen/pembeli anda untuk membayar cash. Meskipun berat di awal karena tidak semua konsumen menerima. Namun secara jangka panjang CASHFLOW anda akan aman untuk menjaga kelangsungan bisnis anda.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan Basri

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Alhamdulillah aplikasi tiket box saya disetujui


Setelah menunggu lama proses untuk menjadi EO profesional sedikit menemukan titik terang. Hari ini aplikasi untuk menjadi tiket box bagi seminar-seminar yang diselenggarakan AMA DKI disetujui. Berikut link website ticket box saya: http://tiketbox.blogspot.com.

Jika anda berminat menjadi partner untuk memasarkan seminar-seminar dengan pembicara nasional anda bisa bergabung, Free dan modal NOL. Silahkan hubungi via email: habe.inc@gmail.com atau Hp 0811-826362.

Minggu, 01 Juni 2008

Bermain di level Grosir lebih menarik lho...

Sebagai pemula, kebanyakan dari kita pasti memilih untuk bermain di level eceran. Dengan alasan modal kecil dan resiko juga relatif kecil dan hasilnya.....kecil juga..:)

Namun secara statistik ternyata yang eceran ini lebih banyak yang gagal dibandingkan yang level grosir karena alasan seperti : pemula, takut resiko, bisnis sambilan,coba-coba. Sehingga jika rugi pun gak papa, toh masih bisis sambilan...

Secara mental bermain di level grosir berbeda 180 derajat dibandingkan di level eceran. Jika niat sudah kuat dan bisnis dengan segala stoknya sudah dimulai. Maka segala daya upaya dilakukan agar tetap survive demi perputaran cashflow dan menghindari kerugian.

Ternyata ada banyak keuntungan lain dengan bermain di level grosir lho:

1. Margin. kelihatannya kecil ya antara 5-10% persen bahkan untuk voucher maksimal hanya 1%. Namun jangan salah. Ingat efek tornado yang pernah disampaikan Pak Rosihan. Jika margin kecil, kejar perputarannya. Nah perputaran di level grosir sangatlah dahsyat, minimal orang akan beli 1 lusin untuk belanja = 12 x dari pembelian eceran. Sehingga jika diakumulasikan margin secara total akan jauh lebih besar dari sekedar 5% per transaksi (dibandingkan dengan modal awal).

2. Pelanggan. Di tahap awal memang agak berat seperti umumnya bisnis pemula. Namun dengan berjalannya waktu dan semakin dikenalnya harga dan kualitas kita, pelanggan (penjual) akan mendatangi kita. Bahkan di level tertentu, pedagang grosir sampai harus menolak agen baru untuk membatasi wilayah distribusi, Nah lho...

3. Level bisnis kita akan naik seiring dengan kapasitas bisnis. Bermain di level grosir lebih mendekatkan diri kepada pemilik atau pabrik secara langsung. Hal ini akan menambah pengetahuan dan peluang baru yang tidak didapatkan di level eceran. Dengan semakin dekatnya kita bergaul dengan pemilik pabrik yang notabene orang yang beberapa level di atas kita, tentu pengetahuan kita juga bertambah.

4. Persaingan. ternyata ini yang menarik, persaingannya relatif sedikit. Coba anda ke pasar, hampir semuanya bermain di eceran. Kalau anda masuk,butuh waktu dan stamina yang kuat untuk bisa bersaing dengan yang sudah ada. Kenapa tidak bermain di grosir, anda bisa jadi pemasok mereka. Ikan sudah menunggu..

5. "Bankable". Kalau anda pernah ikut seminarnya Pak James, pakar properti. Otomatis rekening anda akan bagus di mata Bank. Perputaran uang yang anda masukkan di Bank dengan bermain di level grosir cukup untuk melakukan financial engineering.

Cuma...
Modal untuk bermain ini kan besar dan resikonya juga besar. Jadi harus bagaimana?
Ternyata anda bisa bermain di tengahnya. Semi grosir. Jadilah "makelar" bagi pedagang grosir dengan mengambil margin sedikit. Dan anda sudah mulai ber-grosir. Atau menjual melalui katalog2 yang sudah banyak ditawarkan.

Jadi kenapa tidak bermain di level grosir...

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan Basri

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)