Ada cerita ZEN yang saya baca saat SMA dulu namun baru "ngeh" sekarang:
Syahdan, ada pemuda desa yang mendaki pegunungan untuk mencari guru pedang.
Tanpa kenal lelah dan putus asa serta memakan waktu berbulan-bulan sampailah di tempat guru sakti ahli ilmu pedang.
"Guru, saya ingin belajar ilmu pedang. Berapa lama waktu dibutuhkan untuk menjadi ahli pedang?" tanya si pemuda.
"10 tahun..." jawab si guru.
" Hah, selama itu..? saya tidak bisa menunggu selama itu, Guru. Nenek saya sebatang kara...apakah bisa dipercepat, Guru?" sahut si pemuda.
" 15 tahun..."sahut si guru, pendek.
"Loh...#@#$..? malah lebih panjang?....10 tahun saja lebih lama apalagi 15 tahun. Selain nenek, saya perlu segera kembali ke kampung untuk mengabdi di kerajaan yang sedang diserang musuh. Jika saya berlatih giat tiap hari, berapa lama waktu dibutuhkan, Guru?
"20 tahun!" tegas si Guru.
Jika anda pebisnis, coba ganti ilmu pedangnya menjadi "keuntungan".
Cerita ini terinspirasi dari sahabat, mentor dan inspirator saya, Pak Roni. Saya lihat Pak Roni tidak terlihat bekerja keras seperti yang saya lakukan. Pembawaannya tenang, tidak grusa grusu. Langkahnya tidak banyak, namun sekali tembak langsung kena. Malas tapi sukses sekali.
Selama ini kita terjebak untuk segera mencari keuntungan dengan waktu cepat. Hari ini berbisnis, maunya besok untung besar. Usaha dan kerja keras kita lakukan untuk mencapainya.
Hasilnya?..bukannya untung, malah bisa buntung...coba ingat sejarah penawaran investasi bodong yang menawarkan untung fantastis..(lucunya, hal itu sering berulang dan selalu ada korban-korban baru..)
Terburu-buru dan ingin mendapat hasil secara instan, adalah penyakit yang harus diwaspadai dan dapat merusak usaha yang telah dibangun bertahun-tahun.
Segala sesuatu perlu proses agar terjadi pertumbuhan secara normal.
Dulu, tahun 1998, saya ter-eforia pasar saham. Sedemikian bombastis penawaran hasil keuntungan yang didapat. Sehingga saya masuk dengan modal sebenarnya dan langsung bermain tanpa ada pendidikan saham sebelumnya. Demikian terburu-burunya untuk ikut beli saham yang sedang naik ( greedy) dan demikian terburu-buru untuk menjualnya saat saham turun ( fear) sehingga bukannya untung malah buntung....:). Sepuluh tahun kemudian, saya masuk lagi dengan kepala yang lebih dingin dan tidak terbawa arus.
Selalu minta second opinion kepada mentor untuk setiap langkah yang diambil agar terhindar dari eforia atau sikap terburu-buru tadi.
Selalu ada peluang kedua. Amati dan pastikan pilihan untuk mengindari ikut-ikut-an bisnis ini-itu yang belum tentu cocok dengan kita.
Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika tidak berkenan.
Salam,
Hasan Basri
http://hasanbasri.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar