Saat memulai usaha, yang terpikirkan dan membuat saya sibuk adalah: Toko, etalase dan segala dekorasinya, telpon, akses internet kalau perlu, sistem pembukuan dan mencari pegawai yang se"perfect" mungkin yang memenuhi kriteria saya.
Namun yang terjadi tidak seperti dugaan dan rancangan saya. Jangankan bicara margin, omsetpun kecil sekali. Saya tidak mendapatkan CASHFLOW dari rancangan PRASARANA bisnis yang saya set-up. Nah lo...
Seperti yang pernah diulas Pak Fauzi mengenai Simpleology, rupanya jalan yang saya ambil adalah berputar-putar. Alih-alih langsung ke bisnis-nya, saya malah sibuk dengan segala hal tentang "tools" dan prasarana.
Seperti saat dulu membuka webstore dengan tool-tool dan tampilan sesempurna mungkin. Saya pikir tugas sudah selesai dan berharap abrakadabra, hujan pembeli akan datang sendiri. Dan ternyata tidak.....
Sejak saat itu pendekatannya saya balik. Fokus ke bisnisnya dulu, sarana menyusul.
Membuka webstore sudah benar, namun itu masih pasive action = menunggu pembeli datang dan perlu waktu lama sampai pembeli benar2 melakukan transaksi.
Pembeli (=rejeki) perlu dijemput hingga transaksi terjadi. Alih2 menunggu pembeli, saya lakukan aksi jemput bola dengan memperlihatkan paket sample, membuatkan brosur, melakukan penawaran melalui email dan aksi2 jemput bola lainnya.
Dan Alhamdulillah, aksi2 ini mempercepat terjadinya transaksi.
Fokus ke bisnisnya dan bukan yang lain2.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Hasan Basri
| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)