Minggu, 22 Juni 2008

Pengusaha harus Borju?

Saat awal mengikuti sesi pelatihan entrepreneurship, banyak masukan untuk mengubah paradigma yang salah satunya adalah: Pengusaha harus borju, memakai mobil mewah dan royal...kalau perlu berhutang! agar termotivasi untuk berusaha lebih keras lagi.

Namun teman2 yang sudah sukses seperti Pak Joseph, Pak Budi Rahmat atau Pak Roni adalah orang yang hemat dan sederhana. Bahkan Pak Joseph pernah ke Bank untuk akad kredit diatas 2M memakai motor untuk mengejar waktu sesuai janji.

Tidak ada yang salah dengan statement diatas, masalahnya, seharusnya andalah (business owner) yang mengatakannya kepada klien anda. Seorang bankir kepada nasabahnya, seorang penjual kepada pembelinya.

Statement diatas menuju pola hidup konsumtif yang melanggar prinsip2 berusaha:

1. Untung di awal. Dengan berprilaku konsumtif, anda sudah kalah satu langkah. Bukannya untung, anda malah sibuk dengan cicilan utang konsumtif.

2. Pola hidup hemat = menunda kesenangan untuk menaikkan taraf hidup nantinya.

3. Pola pikir bankir. Arus informasi umum yang didukung oleh promosi/iklan yang dahsyat adalah produk jualan para bankir. Semakin konsumtif pelanggan, semakin laku produk2nya.

Pilihan menjadi subyek atau obyek usaha ada di tangan anda.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Hasan

| http://hasanbasri.com | mail: habe.inc@gmail.com | 0811-826362 |
http://grosirtanahabang.com (dibuka Program keagenan GTA)
http://workshopedan.com ( next seminar event with RYL-AMA-DKI, 28 Juni 2008)

Tidak ada komentar: